JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Kebenaran Tentang Kerja Rodi Pemerintahan Daendels

Sumber : https://mojok.co/terminal/betapa-gobloknya-orang-orang-yang-memuji-dan-minta-maaf-ke-daendels/

Jurnalikanews – Siapa sih yang tidak mengenal Daendels? Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Williem Daendels yang sering muncul di buku sejarah kita karena kebijakannya yang membangun Jalan Raya Pos yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan pada tahun 1809. Pembangunan jalan itu dimaksudkan untuk membantu mobilitas tentara Belanda jika tentara Inggris datang menyerbu. Menurut catatan sejarah, pembangunan jalan raya itu dilakukan dengan kerja paksa dan akibatnya memakan ribuan korban jiwa para pekerja.

Namun apa jadinya kalau sebenarnya hal ini tak disebut kerja paksa? Walaupun banyak sumber yang menceritakan bahwa pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan dilakukan dengan kerja paksa, namun sesungguhnya telah disediakan anggaran untuk upah pekerja. Pembayaran itu dilakukan berdasarkan tingkat kesulitan medan yang ditempuh sebagai contoh rute Cisarua-Cianjur (10 ringgit per orang/bulan), Parakanmuncang-Sumedang (5 ringgit per orang/bulan), dan Sumedang-Karangsembung (4 ringgit per orang/bulan). Selain upah, mereka juga mendapatkan beras dan garam untuk makan sehari-hari. Uang yang sudah dianggarkan itu kemudian diserahkan pada bupati masing-masing wilayah yang kemudian diserahkan kepada pekerja.

“Betul, bikin jalan Anyer-Panarukan itu yang kerja dibayar. Daendels kasih duit 30 ribu ringgit lebih untuk gaji dan konsumsi yang kerja juga mandor, udah dikasih ke Bupati, nah dari Bupati ke pekerja ini gak nyampe duitnya. Akhirnya kita taunya itu kerjaan gak dibayar (kerja paksa),” tulis akun Twitter @mazzini_gsp. 

“Sistem pembayarannya, pemerintah memberikan dana kepada para prefek (jabatan setingkat residen) lalu diberikan kepada para bupati. Ini buktinya ada. Sedangkan dari bupati kepada pekerja tidak ada buktinya. Bisa jadi ada tapi belum saya temukan,” kata Djoko Marihandono, pakar sejarah dari Universitas Indonesia dikutip dari Historia.id.

Pernyataan ini didukung oleh netizen dengan akun Twitter @dienysyafrina bahwa merujuk pada laporan jurnalistik Kompas, para pekerja proyek itu dibayar. Namun dia mengatakan bahwa yang dimaksud “kerja paksa” ini dimaknai kewajiban untuk bekerja membangun jalan itu, bukan disuruh kerja tanpa diberi upah.

“Kalo dari buku laporan jurnalistiknya Kompas, memang dibayar sih. Tapi mungkin yang dimaksud kerja paksa/kerja rodi itu bukan masalah dibayar/enggaknya, tapi paksaan atau keinginan sendiri. kerjanya berat, tanpa jaminan, bahkan banyak yang tewas atau kabur,” tulis @dienysyafrina pada 7 Februari 2021.

Kerja paksa atau bukan, kebijakan Daendels sendiri telah menimbulkan banyak pengaruh untuk bangsa Indonesia. Dibalik sisi buruknya yang menelan banyak korban jiwa, jalan terbaik dan terpanjang pada masanya itu sangat membantu mengembangkan perekonomian di Pulau Jawa. Bagaimana menurut kalian? (MRA)

Referensi :

https://www.merdeka.com/jateng/pro-kontra-kerja-paksa-ini-sejarah-pembangunan-jalan-raya-daendels.html

https://news.detik.com/berita/d-5365828/daendels-bayar-upah-pekerja-jalan-anyer-panarukan-tapi-dikorupsi-benarkah

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/105700665/ramai-perbincangan-soal-daendels-berikut-sejarah-jalan-anyer-panarukan?page=all