JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Separah Apa Sih, Kejadian yang Dialami David Ozora?

Sumber : Wikipedia

Jurnalikanews – Belakangan ini sedang ramai dibicarakan tentang penganiayaan Cristalino David Ozora yang berusia 17 Tahun oleh Seorang anak dari pejabat pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Rafael Tri Sambodo yang bernama Mario Dandy Satriyo yang berusia 20 tahun, diduga kasus ini berawal dari kecemburuan seorang Mario Dandy terhadap kekasihnya yang berinisial AG. 

Korban yang kerap dipanggil David Ozora hingga Minggu, 12 Maret 2023 baru tersadar setelah tiga minggu tak sadarkan diri di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, dikutip dari Jawapos.com David sendiri mengalami cedera otak traumatis pada saraf di otak atau bernama lain Diffuse Axonal Injury, mengutip dari Merdeka.com, cidera ini dapat menyebabkan dampak serius kedepannya, salah satunya adalah cacat. 

Diffuse Axonal Injury atau DAI, yang juga dikenal sebagai cedera aksonal traumatis adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika pukulan atau hentakan keras tiba-tiba terjadi di kepala sehingga menyebabkan kerusakan pada otak. 

Setelah tumbukan, otak bisa bertabrakan dengan bagian dalam tengkorak, yang bisa mengakibatkan robeknya serabut saraf. Cedera terjadi ketika otak bergeser dan berputar di dalam tengkorak. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan berbagai bagian otak untuk berkomunikasi dengan bagian lain, yang dapat menyebabkan masalah neurologis, koma, gangguan jangka panjang, atau kematian. 

Dikutip dari Medical News Today, Diffuse Axonal Injury menggambarkan cedera yang biasanya diakibatkan oleh trauma tumpul di kepala dan mempengaruhi fungsi otak. Secara khusus, Diffuse Axonal Injury adalah pemotongan atau robekan serabut saraf yang dikenal sebagai akson. Trauma ini biasanya terjadi akibat pergeseran otak yang cepat di dalam tengkorak. Setelah tumbukan tiba-tiba, gaya mekanis menyebabkan serabut saraf meregang dan robek. Akson adalah bagian neuron yang panjang seperti benang yang menghantarkan impuls listrik. Mereka bertanggung jawab untuk komunikasi antara sel-sel saraf. 

Dengan demikian, kerusakan akson dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan membantu mengkoordinasikan fungsi tubuh, yang dapat menyebabkan kecacatan yang parah. Diffuse Axonal Injury adalah penyebab paling umum dari koma, kecacatan, dan keadaan vegetatif persisten. 

Secara klinis, pakar kesehatan mendefinisikan Diffuse Axonal Injury sebagai kehilangan kesadaran yang berlangsung selama 6 jam atau lebih setelah cedera. Kondisi ini juga dapat menyebabkan perubahan perilaku, sosial, fisik, dan kognitif pada seseorang yang mungkin bersifat sementara atau permanen. Diffuse Axonal Injury sering terjadi pada kecelakaan traumatis berenergi tinggi di mana otak berputar atau bergerak maju atau mundur di dalam tengkorak. Jika terjadi cukup kuat, trauma dapat merusak akson, menyebabkan interkoneksi saraf ini tidak berfungsi atau terputus dan memengaruhi banyak area otak. 

Diffuse Axonal Injury umumnya memengaruhi area otak yang mengandung akson antara lain materi putih lobus frontal, materi putih lobus temporal, Corpus callosum, dan batang otak. Penyebab utama Diffuse Axonal Injury adalah kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan terkait olahraga, kekerasan, jatuh yang tidak disengaja (sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua), dan sindrom bayi terguncang. 

Usai kejadian berdampak traumatis, orang yang mengalami Diffuse Axonal Injury biasanya mengalami kehilangan kesadaran dan hasil pemeriksaan neurologis yang buruk. Para pakar kesehatan menggunakan Skala Koma Glasgow (GCS) untuk menilai tingkat gangguan kondisi ini. 

Perawatan Diffuse Axonal Injury mirip dengan perawatan cedera kepala lainnya. Tujuan perawatan darurat adalah untuk menstabilkan kondisi orang tersebut dan mencegah kerusakan otak yang semakin parah. Biasanya, perawatan darurat yang dilakukan adalah: 

1. Memastikan bahwa jalan napas terbuka 

2. Memberikan akses ke ventilasi dan oksigen 

3. Menjaga tekanan darah 

Setelah perawatan darurat, penderita memerlukan obat-obatan dan pembedahan untuk membantu mengendalikan gejalanya. Pasien juga mungkin memerlukan rehabilitasi. Bergantung pada tingkat cederanya, ada pasien yang perlu mempelajari kembali banyak tugas sehari-hari, seperti cara berjalan dan berbicara. 

Pakar kesehatan umumnya tidak mempertimbangkan prospek penderita Diffuse Axonal Injury kronis untuk membaik. Cedera otak traumatis adalah penyebab utama kematian dan kecacatan permanen di seluruh dunia. Bukti menyoroti pentingnya menentukan skor GCS awal dan menstabilkan tingkat oksigen, glukosa, dan tekanan darah. Sebuah studi tahun 2020 yang tertuang dalam Brain Journal dari Oxford University Press juga menunjukkan bahwa cakupan dan lokasi Diffuse Axonal Injury dapat membantu memprediksi individu yang berisiko mengalami degenerasi saraf. Sejumlah kecil dari mereka yang mengalami cedera parah dapat sadar kembali dalam tahun pertama setelah cedera. (HIS)