JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Tidak Hanya Cantik, Tanaman Ini Memiliki Banyak Manfaat Loh!

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Hoya_multiflora)

Jurnalikanews- Akibat dari munculnya virus Covid-19 ini, mengharuskan kita semua membatasi aktivitas sosial dengan banyak berdiam diri di rumah. Efek pandemi ini memberikan dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak positifnya yaitu semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap tanaman hias.

Indonesia yang dikenal memiliki beraneka ragam jenis flora ini dapat menjadi poin plus bagi masyarakat yang gemar menanam tanaman hias. Salah satu jenis tanaman hias di Indonesia adalah Hoya (Asclepiadaceae) yang berasal dari Sumatera dan terdiri dari 25 jenis.

Hoya (Asclepiadaceae) adalah kelompok tumbuhan tropis yang memiliki bentuk bunga yang unik dan indah, serta merupakan tumbuhan epifit atau litofit. Sebagai epifit, Hoya tumbuh menumpang pada pepohonan lain dan sebagai litofit, Hoya tumbuh menumpang pada bebatuan yang mengandung humus (Rahayu, 1997).

Tanaman Hoya pada umumnya termasuk tanaman sukulen, dengan banyak lapisan lilin pada permukaan tanaman. Lapisan lilin yang tebal tampak indah mengkilap pada permukaan mahkota bunga dan korona (mahkota tambahan) yang memiliki keragaman dan variasi warna yang menarik. Sehingga bunganya tampak seperti terbuat dari lilin. Mahkota dan korona pada bunga Hoya terdiri dari lima helai yang membentuk formasi seperti bintang. Tanaman ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai wax plant atau porcelain flower (Wanntorp et al., 2006).

Tumbuhan Hoya secara alami terdapat di daerah Asia Tenggara dan sekitarnya, mulai dari Sri Lanka, India (Himalaya), Cina, Jepang Selatan, Indocina, kawasan Malesia, kepulauan Fiji dan Samoa, serta daerah tropis Australia (Albers & Meve, 2002). Diperkirakan terdapat sekitar 150-200 spesies Hoya di dunia dan 50-60 spesies di antaranya terdapat di Indonesia (Rahayu, 2006).

Selain sebagai tanaman hias, Hoya juga memiliki manfaat sebagai tumbuhan obat. Pemanfaatan suatu tumbuhan sebagai tanaman obat pada suatu penyakit tertentu, sangat berkaitan erat dengan kandungan bahan kimia hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan tersebut. Tanaman Hoya memiliki kandungan senyawa-senyawa fenolik dan terpenoid (Baas, 1982; Baas & Figdor 1987, b; Baas & Nieman 1979; Baas et al., 1981) dan kandungan alkaloid (Collins, 1990).

Pemanfaatan Hoya sebagai obat bervariasi dari pengunaannya sebagai obat gores maupun luka bakar, pembengkakan, bisul, memar, beberapa jenis penyakit kulit yang disebabkan mikoorganisme (kudis, dll), gigitan serangga dan ikan beracun, sakit perut dan pencernaan, batuk, asma, dan penyakit paru-paru. TBC, rematik atau penyakit pertulangan/sendi, penyakit kelamin, enchepalistis, elephantiasis, hingga tonik pada ibu yang baru saja melahirkan (Zachos, 1998). 

Pemanfaatan Hoya sebagai obat secara modern telah dikembangkan antara lain di Jerman, yaitu pemanfaatan tinkur daun segar H. carnosa dalam alcohol 80%, yang dapat digunakan untuk mengganti penggunaan insulin hingga 50% pada penderita diabetes melitus (Burton, 1997).

Namun demikian, diperlukan upaya pengembangan dalam penelitian lebih lanjut dan uji klinis serta kandungan bahan kimia yang lebih mendetail. (NWF)

Sumber:

HAKIM, ALDI RAHMAN. DORLY. & SRI RAHAYU. 2013. Keragaman Dan Analisis Kekerabatan Hoya Spp. Bertipe Daun Non Sukulen Berdasarkan Karakter Anatomi Daun. Buletin Kebun Raya. Vol (16) No. 1.

SRI RAHAYU. 2012. Potensi dan Konservasi Jenis-Jenis Hioya Daratan Tinggi Pulau Jawa. Jurnal. Center for Plant Conservation-Bogor Botanical Gardens, Indonesian Institute of Sciences

SRI RAHAYU. 2011. Hoya Sebagai Tumbuhan Obat. Warta Kebun Raya. Pusat Konversi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. 11 (1)

SRI RAHAYU. 2011. Kekerabatan Hoya (ASCLEPIADACEAE) SUMATERA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Buletin Kebun Raya. Pusat Konversi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Vol (14) No.1.