Jurnalikanews – Pihak Suvarna Gita pada Kamis (6/7/17) memberikan keterangan kepada pihak redaksi Jurnalika bahwa PSM Suvarna Gita tidak pernah menggunakan dana yang berasal dari Dana IMAKA seperti yang pernah disampaikan oleh salah satu Pudir Politeknik AKA. Bahkan, pihak Suvarna Gita mengaku untuk tahun 2017 dari bulan Januari belum menerima sepeserpun uang dari pihak akademik dan semuanya menggunakan uang pribadi milik pembina Suvarna Gita.
Menurut narasumber, dikatakan bahwa Pudir yang menyampaikan bahwa Suvarna Gita menggunakan Dana IMAKA tidak dikatakan dalam waktu dekat satu atau dua bulan kebelakang. “Ya, salah satu Pudir waktu itu bilang kalo anak padus make duit IMAKA pas tahun lalu, saya inget banget dia bilang begitu kalo engga masa saya sampe bilang begini,” keterangan tersebut disampaikan oleh salah satu narasumber.
Pembina PSM Suvarna Gita memberikan keterangan bahwa dalam setahun mereka mendapat dana DIPA sebesar Rp 12.000.000,- yang dialokasikan untuk membayar pelatih sebanyak Rp 1.000.000,- setiap bulannya dan nominal tersebut konstan selama 3 tahun terus menerus serta sumber dana yang sama juga dipakai untuk membayar pelatih gamelan. “Kemaren kan ada usulan mau naikin gaji pelatih, nah katanya gak bisa karena harus diajukan dulu. Artinya bukan dari mahasiswa yah kalo kaya gitu,” sambung pak Ichsan selaku pembina Suvarna Gita menyanggah bahwa mereka menggunakan dana IMAKA untuk kegiatannya.
Adapun dana lainnya yang digunakan oleh Suvarna Gita dalam kegiatan-kegiatannya antara lain berasal dari uang kas dan sumbangan dari para alumni Suvarna Gita maupun beberapa dosen di Politeknik AKA Bogor. Pak Ichsan pun memberi keterangan bahwa pada kegiatan wisuda untuk kostum yang digunakan berasal dari penyewaan dengan uang pribadi anak-anak paduan suara.
Namun setelah mendapat jawaban dari pihak Suvarna Gita tentang dana yang digunakan oleh mereka bukan berasal dari dana IMAKA melainkan dari DIPA, maka timbul tanda tanya besar kemana nominal uang sebanyak Rp 3.950.000,- yang hilang. Karena dari data yang didapat oleh BP Pilpresma mengatakan jumlah mahasiswa tahun 2016 adalah sebanyak 333 orang dan jumlah tersebut tercatat pada akhir semester ganjil tahun 2016 yang pastinya tidak mungkin jumlah dana IMAKA mengalami pengurangan dari jumlah yang seharusnya sebesar Rp 49.950.000,- namun hanya dibagikan oleh DPM melalui Komisi II hanya berjumlah Rp 46.000.000,-. Mungkinkah dana tersebut dialokasikan untuk kebutuhan mahasiswa yang lainnya karena kekurangan dana? Namun hal ini tidak diketahui presma sama sekali. Serta masih menjadi pertanyaan kenapa dana IMAKA yang sekarang berasal dari satu sumber dalam penggunaannya masih dibagi menjadi dua padahal dalam pelaporannya dana tersebut disampaikan kepada mahasiswa karena berasal dan digunakan oleh mahasiswa demi kepentingan mahasiswa. (tim investigasi)