Jurnalikanews- Politeknik AKA Bogor merupakan perguruan tinggi vokasi di -bawah Kementrian Perindustrian RI yang memfokuskan pada pendidikan Analis Kimia. Selain itu, Politeknik AKA memiliki dua jurusan baru yang masih berumur dua tahun, yaitu Penjaminan Mutu Industri Pangan (PMIP) dan Pengolahan Limbah Industri (PLI). Agar proses pembelajaran dan pelatihan di laboratorium berjalan dengan baik, tentu kondisi laboratorium juga harus memadai, sehingga pemeliharaan lab harus sering dilakukan. Sama halnya dengan jumlah alat-alat lab untuk praktikum mahasiswa. Salah satunya adalah pada gedung laboratorium lama yang sering digunakan oleh mahasiswa tingkat 1 dan 2.
Gedung laboratorium lama terdiri dari 3 bagian lab, yaitu laboratorium analitik, laboratorium organik/anorganik, dan laboratorium lingkungan. Terkait pemeliharaan, setiap laboratorium memiliki prosedurnya masing-masing. “Kalau untuk pemeliharaan kita punya formulir untuk pemeliharaan alat instrumen dan kita juga punya jadwal pengontrolan rutin dari bengkel. Sedangkan untuk alat-alat gelas dan semacamnya tidak memerlukan pengontrolan seperti instrumen. Kalau ada instrument yang rusak, kita juga mengajukan formulir perbaikan ke bengkel,“ ujar Ibu Askal Maimulyanti, M.Si selaku kepala lab. analitik dan lab. organik/anorganik sekaligus yang bertanggung jawab langsung terhadap kondisi lab. tersebut. Dalam satu tahun, pemeliharaan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Jika ada bagian dalam lab yang memiliki kerusakan yang dimana kerusakan itu sangat menganggu atau membahayakan mahasiswa, maka bagian lab bersama pudir langsung melakukan control dan mentindak lanjuti hal tersebut, seperti misalnya kebocoran gas.
Jika ada alat lab yang dirasa kurang, pihak lab bisa melakukan pengajuan penambahan barang. “Untuk pengajuan sekarang saya lebih kepada kebutuhan sarana dan prasarana juga kepada operasional praktik dan penting untuk diajukan. Kita juga mempertimbangkan ketersediaan barang-barang tersebut. Misalnya alat-alat gelas seperti alat destilasi dan bahan-bahan kimia bisa cepat. Cuma kalau instrumen seperti spektrofotometer kita gak bisa cepet paling setahun baru dating,“ tambahnya.
Ada juga lab lingkungan yang juga sering digunakan oleh mahasiswa, terutama prodi PLI. Ibu Nurdiani, M.Si selaku kepala lab lingkungan mengatakan lab lingkungan juga memiliki prosedur dalam pemeliharaan lab. “Jadi kita minimal satu semester sekali untuk melakukan stock of name untuk mendata jumlah peralatan, seperti alat gelas. Kalau untuk alat-alat besar seperti instrument kita terus lakukan semacam pemanasan supaya alat tersebut tidak rusak,” ujarnya. Terkait dengan penambahan jumlah alat lab, beliau menambahkan beberapa waktu yang lalu telah dilakukan rapat tentang kebutuhan lab lingkungan selama 5 tahun kedepan. Dalam rapat tersebut juga dibuat skala prioritas alat-alat apa saja yang dibutuhkan. Jika memang masih bisa menunggu bisa meminjam dari lab uji AKA. “Untuk sekarang ini kita sedang menunggu untuk alat-alat seperti pH meter, anemometer, dan soil sensor untuk tahun depan. Pembelian alat-alat ini bukannya tidak ada, melainkan sebagai sebagai cadangan tambahan jika kalau nanti ada kerusakan.“ kata Ibu Nurdiani.(Geum/Rz)