

Jurnalikanews – Inner Child menurut ahli adalah ekspresi sisi masa lalu kita, mulai dari masa kanak-kanak hingga setelahnya. Segala pengalaman hidup kita, baik pengalaman yang membawa kebahagiaan dan kesedihan, akan mempengaruhi kita dalam mengekspresikan diri ketika sudah dewasa. Pengalaman itu bahkan juga mempengaruhi proses tumbuh kembang kita selanjutnya.
Menurut Cutting & Dunn (2006), anak-anak yang sering bermain dengan teman seusianya atau pun dengan saudara yang mencintai dan mendukung dirinya akan tumbuh menjadi sosok yang mencintai petualangan ketika dewasa. Mereka juga cenderung memiliki kemampuan bersosial yang lebih baik karena mereka menyadari pentingnya bekerja sama dan berbagi kasih sayang. Tak hanya hubungan pergaulan, hubungan kita dengan orang tua juga banyak mempengaruhi Inner Child. Orang tua yang banyak menanyakan kabar dan perasaan anaknya sehari-hari mendorong anak untuk lebih peduli kepada kondisi temannya dan lebih memahami kondisi emosionalnya sendiri.
Namun, sama seperti pengalaman baik, pengalaman-pengalaman buruk yang kita rasakan juga dapat mempengaruhi kita. Trauma dan kesedihan masa lalu dapat tinggal dalam diri kita untuk waktu yang lama dan ketika ada trigger tertentu, dapat kembali timbul ke permukaan. Pengalaman menyedihkan seperti kehilangan teman semasa kecil, kekerasan psikis dan fisik, serta perpisahan keluarga dapat mempengaruhi kita sepanjang hidup. Tanpa benar-benar berdamai dengan Inner Child, kesedihan dan trauma dapat terus timbul sewaktu-waktu, bahkan ketika kita merasa telah melupakannya.
Pengalaman menyakitkan di masa lalu dapat mempengaruhi kita melalui berbagai cara. Contohnya, pengalaman dipermalukan di depan umum membuat kita merasa sangat gentar ketika harus berada di dalam situasi yang sama. Pengalaman diabaikan oleh orang yang kita kasihi sangat mungkin juga mempengaruhi kelekatan kita dengan orang lain. Pada beberapa kasus, hal-hal yang membuat trauma dan menyakitkan kita justru mendorong kita untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, ketika kita sering dimarahi semasa kecil, kita memiliki tendensi untuk mudah marah. Hal ini merupakan bentuk pertahanan diri kita dari bahaya yang diciptakan oleh lingkungan agar situasi buruk yang dialami semasa kecil tidak lagi terjadi.
Dengan kata lain, hal ini lah yang nantinya akan membentuk alam bawah sadar kita ketika dewasa. Untuk bisa lepas dari kecenderungan kita yang disebabkan oleh pengalaman menyakitkan semasa kecil, kita tidak hanya harus melupakannya, tetapi benar-benar menyembuhkannya. Jika kita berusaha menghindarinya untuk merasa lebih baik, kecenderungan kita tidak akan pernah selesai.
- Cara Menyembuhkan Inner Child
Menyembuhkan Inner Child yang terluka bukanlah hal mudah, tapi harus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk menyembuhkannya, kita harus berusaha menghubungkan diri kita dengan sosok masa lalu kita yang terluka untuk berusaha bersama-sama menyembuhkan diri. Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menyembuhkannya:
- Menuliskan pengalaman dan perasaan buruk
Menuliskan rasa sakit yang dirasakan adalah salah satu cara untuk menyembuhkan Inner Child kita. Dengan menulis, kita dapat mencurahkan emosi negatif yang selama ini kita simpan. Pengalaman-pengalaman buruk itu mungkin sudah lama tidak kita ingat, tetapi kemungkinan besar masih menetap dalam diri kita. Menulis membantu kita kembali mengingatnya, merasakannya, dan mendamaikan diri dengannya.
Kamu dapat menulis beberapa dialog dari sudut pandang Inner Child-mu. Hal ini mungkin membuatmu kembali teringat dengan luka yang kau miliki. Namun, setelahnya kamu dapat merasa lebih lega dan menerima situasinya dengan lebih baik.
- Melakukan sesi Ho’oponopono pribadi
Apa itu Ho’oponopono? ini adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, membantu kita untuk membangun kembali hubungan dengan orang lain bahkan Inner Child kita. Kita dapat mengambil waktu untuk menyendiri dan mengatakan hal-hal seperti “I am sorry”, “Please forgive me”, “I love you”, “Thank you”, dll.
- Membuka diri
Proses penyembuhan Inner Child adalah sebuah proses seumur hidup dan tidak memiliki akhir yang pasti. Oleh karena itu, penting untuk melakukan dua tahap sebelumnya untuk kembali membuka hubungan dengan Inner Child kita. Selanjutnya, mungkin akan ada banyak hal-hal baru yang kamu sadari dari masa lalumu. Oleh karena itu, tetap buka diri selama prosesnya.
Berdamai dengan masa lalu memang tidak mudah dan bukanlah proses yang sebentar. Karena itu, kamu harus bersabar menghadapi setiap prosesnya. Jika kamu merasa kesulitan melakukannya sendiri, kamu dapat meminta bantuan psikolog untuk membantumu menghadapinya. (AFA)