Jurnalikanews – Kota Bogor, salah satu bagian dari Provinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki Aset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Dalam aspek infrastruktur, kota ini mengalami beberapa problematika yang cukup pelik, banyak pembangunan infrastruktur di Kota Bogor mangkrak sejak pandemi COVID-19. Hal itu disebabkan oleh minimnya anggaran, sehingga tak sedikit infrastruktur yang sudah direncanakan sejak 2019 tidak berjalan. Fasilitas layanan publik yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan banyak orang, yaitu pembangunan Masjid Agung, Pelebaran Jembatan Otista dan juga permasalahan pembangunan pada Double Track Bogor-Sukabumi.
Membahas hal tersebut, BEM IMAKA mengundang narasumber yang kompeten dalam bidang ini, untuk berdiskusi dalam agenda IMAKA MENGKAJI: “Problematika Infrastruktur Kota Bogor”. Acara ini berlangsung pada hari Jumat, 19 November 2021 pukul 18.40 hingga 21.30 WIB, melalui platform Zoom Meeting. “Untuk harapannya setelah terlaksana acara ini adalah hal yang menjadi pertanyaan juga hal yang didiskusikan dapat dijawab/menjawab semua nya, juga membantu keresahan masyarakatnya. Bukan hanya itu saja, namun untuk tingkat mahasiswa, masyarakat IMAKA dapat mengetahui pasti kondisi/gambaran dari Kota Bogor sendiri,” harap ketua pelaksana acara ini, saat kami wawancarai.
Acara ini dimulai dengan pembukaan oleh MC, pembacaan ayat suci Al-Quran, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Totalitas Perjuangan, sambutan ketua pelaksana, sambutan dari Presiden Mahasiswa Politeknik AKA Bogor, pembacaan CV moderator oleh MC, pembacaan CV narasumber oleh moderator, sesi diskusi, tanya jawab, pemberian sertifikat kepada narasumber, foto bersama, dan diakhiri dengan doa penutup. Acara ini dipimpin oleh Novavika Aulia sebagai MC, dan yang bertugas sebagai moderator yaitu Anugrah Rizal Pramuja. Terdapat dua narasumber, yaitu Bapak Sonny Rijadi, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Bogor, dan Bapak Ferro Sopacua, Anggota tim Akselerasi Pembangunan Kota Bogor.
“Tujuan dari adanya acara/kegiatan IMAKA Mengkaji II tahun 2021 ini adalah sebagai bentuk informasi yang dikemas dalam bentuk diskusi publik/terbuka sehingga didapati tujuan yang mengalir lainnya yaitu pencerdasan bagi warga IMAKA dan warga Bogor lainnya yang mengikuti kegiatan ini, mengapa warga Bogor juga? Karena sesuai dengan tema yang kita ambil, yaitu “Problematika Infrastruktur Kota Bogor”. Alasan diambilnya tema ini adalah karena seperti yang kita ketahui aspek pembangunan infrastruktur Kota Bogor sedang mengalami problem yang cukup perlu diperhatikan serius, mulai dari penataan dan pengaturan kota nya juga begitu. Bukan hanya itu saja, namun hal ini sudah dimasukkan ke dalam janji target pembangunan dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat Kota Bogor,” ujar Naftalia B. Titioka Bangun, ketua pelaksana IMAKA Mengkaji II.
Acara ini membahas mengenai berbagai hal mengenai rencana dan masalah infrastruktur di Kota Bogor. Dalam pembangunan Jembatan Otista, bukan hanya nilai fungsional yang diinginkan, namun juga perlu nilai estetika, agar dapat menjadi hal yang menarik. Konsepnya pun semakin berkembang, bukan hanya melebarkan, namun juga membangun. Letak masalahnya ada pada titik anggaran dana yang masih terus diusahakan. Kawasan Suryakancana, yang menjadi sasaran yaitu bagaimana kita membangun infrastruktur, yang dapat berdampak baik pada pemulihan kegiatan ekonomi. Dalam pembangunan Masjid Agung, dilaksanakan secara bertahap dan direncanakan dapat selesai pada tahun 2023.
Acara ini berlangsung dengan lancar, diskusi pun terjalin dengan baik, tentu karena persiapan dari panitia yang sudah matang, hal ini dikatakan oleh ketua pelaksana acara, “Persiapan yang sudah dilakukan untuk acara ini terbilang cukup banyak dan matang, di mana kita sudah menyiapkan beberapa nama narasumber yang terbilang handal dalam hal/topik diskusi IMAKA Mengkaji II ini, hal-hal seperti media pemasifan dan media pembantu kegiatan seperti Zoom, juga panitia yang sudah terbentuk dan terkoordinasi satu sama lain yang tentunya sudah menjalankan tupoksi nya masing-masing sebelum kegiatan.”
Pada akhir acara, moderator memberikan kesimpulan sebagai penutup diskusi, “Memang problematika infrastruktur masih tetap dioptimalkan dan dimaksimalkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Bukan itu saja, namun memang penghambatnya sendiri adalah di mana program nasional dan daerah terkadang bertentangan yang membuat adanya ketidakmaksimalan,” ujarnya. (RLQ/SEA)