source image : https://3.bp.blogspot.com/-NLrYuY18kqQ/WT0dVeK7f-I/AAAAAAAACig/EA7NuE6Odk8mFedlyQTy7s2bjJDeQiciwCLcB/s1600/DSC_7286-1024×684.jpg
jurnalikanews- Dual system merupakan pendidikan paralel di perusahaaan dan sekolah kejuruan, dimana bagian praktek diperoleh siswa di perusahaan, sedangkan sekolah kejuruan menyampaikan bagian teori. Peran sekolah disini sebagai pendalaman teori keahlian dengan sistematisasi bahan pelajaran, lalu peran industri sebagai penerapan praktik keahlian dengan situasi kerja nyata.
Sistem ini disebut juga dengan sistem 3 2 1, dimana 3 semester mahasiswa belajar dikampus, 2 semester di industri, dan 1 semester kembali lagi ke kampus untuk menyelesaikan mata kuliah yang belum diambi, menyusun Tugas Akhir, seminar dan sidang.
Tujuan diberlakukannya dual system adalah untuk mengembangkan tenaga kerja yang kompeten agar sesuai dengan yang dibutuhkan industri dan menjalin hubungan link and match dengan industri.
Dual system ini mulai diberlakukan di Politeknik AKA Bogor pada tahun ajaran 2018-2019 untuk program studi PMIP (Penjaminan Mutu Industri Pangan) dan PLI (Pengolahan Limbah Industri). Program studi ANKIM (Analisis kimia) belum bisa diterapkan karena kurangnya perusahaan yang mau bekerjasama dan menampung mahasiswa Analisis Kimia untuk magang selama satu tahun karena magang tersebut hanya dilakukan di satu perusahaan.
Diberlakukannya dual system ini tentu akan membawa dampak besar pada sistem kampus, baik dampak positif maupun negatif. Jika dilihat dari segi pendidikan adanya dual system ini akan memberikan dampak positif. Mahasiswa dapat mempersiapkan sejak awal dimana dia akan magang dan juga ilmu yang didapatkan selama 3 semester dikampus dapat langsung diterapkan di industri. Tetapi, jika dilihat dari segi pandangan IMAKA sistem ini dapat merubah sistematika yang telah dibangun di IMAKA, baik secara organisasi maupun rangkaian acara ke-IMAKA-an. Padahal di semester 3 dan 4 mahasiswa yang terlibat dalam suatu organisasi mendapatkan peran penting disitu, dan otomatis softskill yang seharusnya bisa dia dapatkan di organisasi tidak bisa didapatkan secara optimal.
Untuk merubah sistem ke-IMAKA-an yang sudah disusun dan diberlakukan membutuhkan waktu yang lama karena harus menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi saat ini. Sistem ini juga memberikan dampak besar yang saling bertolak belakang. Dimana dampak positif akan dirasakan pada bidang pendidikan sedangkan dampak negatif akan berpengaruh terhadap sistem ke-IMAKA-an.
Cocokkah sistem ini diterapkan di kampus Politeknik AKA? Tentunya kita harus melihat realita dari pelaksanaan sistem tersebut, apakah akan memberikan kelebihan ataupun malah kerugian yang dirasakan.