
Sumber : Akurat.co
Jurnalikanews – Belakangan ini sedang hangat tentang adanya dua orang yang hilang di dalam pendakian gunung. Pertama ada di Gunung Slamet, Banyumas yakni Naomi Daviola yang hilang dari 40 rekan pendakiannya dan ditemukan setelah 3 hari oleh Tim SAR, lalu kedua baru saja terjadi di hari Kamis, 10 Oktober 2024, seorang pendaki asal Cengkareng, Jakarta Barat hilang dalam pendakiannya di Gunung Wilis, Nganjuk, pendaki Bernama Muhammad Agus. Melihat hal itu, seharusnya seorang pegiat yang hobi untuk mendaki gunung disarankan untuk mengikuti latihan navigasi dan bertahan hidup di alam liar karena banyaknya hal yang bisa terjadi ketika ada di alam liar. Selain itu, tak luput untuk mempelajari penyakit-penyakit yang dapat terjadi di jalur pendakian, selain hipotermia yakni kondisi di mana suhu tubuh turun di bawah suhu normal. Hal ini bisa terjadi akibat terpapar suhu yang sangat dingin, berkeringat berlebihan, atau karena kehilangan cairan dan elektrolit, ada juga penyakit bernama AMS.
AMS atau Acute Mountain Sickness, dilansir dari National Library of Medicine adalah kondisi ketika seseorang berada di ketinggian, utamanya ketika berada di ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut, tekanan udara makin berkurang, beberapa orang dengan tubuh yang tidak terbiasa dengan kondisi ini dapat kekurangan pasokan oksigen sehingga tubuh merespon dengan beberapa keluhan, seperti fatigue yang sangat ekstrim, kantuk berlebih, batuk, sesak, hilang koordinasi, dan kebingungan. Bahkan bagi beberapa orang yang memiliki penyakit bawaan, AMS dapat lebih mudah untuk didapatkan. Efek parahnya adalah hipoksia, namun umumnya adalah anemia, dengan berkurangnya kapasitas darah dalam membawa oksigen, dan penyakit paru obstruktif kronik, akibat berkurangnya tingkat oksigenasi yang terjadi di paru-paru.
AMS bersifat neurologis (Sistem Saraf Pusat). Otak merupakan bagian yang membutuhkan paling banyak suplai oksigen, karena pasokan oksigen yang kurang, otomatis laju pernapasan terganggu sehingga sistem saraf tersebut terganggu. Kejadian ini biasanya ditemukan ketika bangun tidur, di mana penderita mengalami edema beberapa bagian tubuh, seperti di wajah. Namun AMS ini dapat dihindari dengan cara melakukan tindakan pra-perjalanan yang cermat harus mencakup: skrining untuk mengkarakterisasi keparahan penyakit, pengobatan tambahan untuk kondisi yang mendasarinya, ketinggian ambang batas yang lebih rendah untuk memulai profilaksis guna mengurangi risiko hipoksia, persiapan yang lebih baik untuk pengobatan selama perjalanan, dan rekomendasi untuk mengubah rencana perjalanan.
Jika terjadi kondisi yang dimaksud, penanganan yang dapat dilakukan meliputi: turun ke tempat yang lebih rendah dengan sirkulasi udara yang lebih baik, pemberian oksigen tambahan menggunakan tabung, pemberian obat acetazolamide (Diamox), peningkatan asupan cairan, serta menghindari konsumsi alkohol. Apabila kondisi semakin memburuk, segera hubungi layanan medis terdekat. (HIS).
Referensi :
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430716/
- https://medlineplus.gov/ency/article/000133.htm
- https://www.emc.id/id/care-plus/mengenal-acute-mountain-sickness-ams-resiko-
pendaki-gunung