
Sumber: zerowastememoirs.com
Jurnalikanews – Mode pakaian atau yang sering dikenal dengan istilah “fashion” memang tidak akan luput dari perkembangan zaman. Perubahan waktu yang terus bergerak maju dan pengaruh globalisasi membawa beraneka ragam inovasi dan kreatifitas terhadap fashion yang selalu berubah-ubah di setiap musimnya. Tidak jarang dari suatu fashion tersebut menjadi sebuah trend di masyarakat khususnya pada gen Z.
Kemudahan akses dalam mendapatkan sesuatu, kerap kali memicu peningkatan konsumen untuk membeli pakaian baru. Belum lagi adanya sifat FOMO (Fear of Missing Out) yang mengakibatkan seseorang untuk terus menerus mengejar mode sehingga bukan kebutuhan yang dipenuhi melainkan hanya sekedar keinginan semata. Fenomena seperti ini biasa disebut dengan istilah fast fashion.
Fast fashion adalah model pakaian yang diproduksi secara massal dan terus berganti dalam waktu yang sangat singkat mengikuti trend baru. Dalam sektor industri, koleksi baru dari model pakaian ini diluncurkan setiap minggunya dan dijual dengan harga relatif murah. Harga murah disebabkan karena biaya produksi yang rendah.
Namun, tanpa disadari perkembangan fast fashion justru menimbulkan dampak yang negatif bagi para konsumen yang berujung pada kerusakan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku konsumtif masyarakat. Harga jual yang rendah mendorong suatu individu untuk melakukan pemborosan terhadap uang yang dimiliki hanya untuk memenuhi keinginan karena rasa gengsi dan kecemburuan sosial.
Ada harga, ada kualitas. Harga jual yang rendah tentu kualitas pakaian dari fast fashion tidak begitu baik sehingga membuat konsumen menjadi sering berbelanja dan dengan mudah membuang pakaian yang sudah tidak dipakainya. Dari sikap ini, lingkungan yang harus menanggung akibatnya. Penumpukan limbah tekstil diperkirakan dapat mencapai sekitar 92 juta ton di tiap tahunnya dengan persentase limbah yang didaur ulang hanya kurang dari 1%. Selain itu, industri fast fashion bertanggung jawab atas total karbon emisi yang dihasilkannya terhadap produksi yang dilakukan secara besar-besaran.
Oleh karena itu, dari dampak negatif yang dihasilkan dari fast fashion, dibutuhkan peran produsen dan konsumen untuk saling bekerja sama. Produsen dapat menerapkan sistem slow fashion dalam produksinya. Sedangkan konsumen dapat melakukan beberapa cara diantaranya dengan mengurangi pembelian pakaian dan mendaur ulang pakaian yang rusak. (RN)