Jurnalikanews– Ibu Pertiwi. Sebelumnya pernahkah kita berpikir, siapa sih Ibu Pertiwi? Bagaimana wujudnya? Apa ia benar-benar ada? Jika melihat kembali ke sejarah, Indonesia sangat dipengaruhi oleh budaya hinduisme pada saat itu, karena Hindu merupakan ajaran pertama yang masuk ke Indonesia, sehingga bahasa Sansekerta lah yang berkembang. Ibu Pertiwi sendiri berasal dari Pratiwi yang artinya adalah Pertiwi (Sanskerta: pṛthvī, atau juga pṛthivī) adalah Dewi dalam agama Hindu dan juga “Ibu Bumi” (atau dalam bahasa Indonesia “Ibu Pertiwi”) Apakah anda sadar bahwa eksploitasi telah dilakukan berpuluh-puluh tahun silam oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab? Tanah-tanah dikeruk untuk diambil mineralnya. Hutan-hutan dibabat hingga tak bersisa. Laut dicemari dengan berbagai limbah manusia.
Sudahkah kau bertanya, telah berbuat apa pada bumi yang telah memberikanmu pangan, pada alam yang memberkahi? Ingatkah dengan lirik lagu Napak Tilas ciptaan Fiersa Besari? Menurut saya, untuk membantu ibu pertiwi memulihkan dirinya, harus dimulai dari diri sendiri. Percuma pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengatur tentang eksploitasi, jika kita tidak melaksanakannya. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan negeri? Sebagai contoh, penggunaan kertas berlebih. Tahukah anda 1 batang pohon (kayu) menghasilkan 16 rim kertas, sedangkan kebutuhan kertas kita lebih dari itu. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya, mulai menghemat penggunaan kertas.
Selain kertas, hematlah juga menggunakan kertas tisu. Bawalah sapu tangan saat berpergian, lalu gunakanlah gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis draft atau catatan memo anda. Kertas bekas juga dapat dibendel menjadi buku kecil (notebook) yang bisa dibawa untuk catatan. Kemudian, eksploitasi laut yang terjadi di perairan Indoneisa sangat memprihatinkan. Menurut data LIPI, kondisi terumbu karang Indonesia secara umum: 30,02 persen dalam kondisi jelek, 37,97 persen dalam kondisi buruk, 27,01 persen dalam kondisi baik, dan 5 persen berstatus sangat baik. Ini artinya lebih dari sebagian wilayah terumbu karang Indonesia dalam keadaan rusak. Miris, bukan? Apa yang bisa kita lakukan? Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya nelayan, terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari illegal fishing (penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang ilegal); Melakukan rehabilitasi terumbu karang; Membuat alternatif habitat karang sebagai habitat ikan sehingga daerah karang alami tidak rusak akibat penangkapan ikan.
Apa kita bisa melakukannya? Tentu bisa, jika dilakukan bersama-sama. Saya rasa sebagai putra-putri yang lahir dari kandungan yang sama, kandungan Ibu Pertiwi tercinta, sudah saatnya kita sadar. Sudah saatnya kita bangkit. Sudah saatnya kita bersatu untuk kembali membangun Ibu Pertiwi yang telah menunggu kita untuk mengulurkan tangan dan bersama-sama menghentikan eksploitasi alam Apakah anda ingin beberapa puluh tahun kedepan oksigen sudah harus dibeli untuk terus melanjutkan hidup karena ketidak tersediaannya pasokan oksigen di muka bumi? Apa anda ingin beberapa puluh tahun yang akan datang terumbu karang yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara sudah tinggal kenangan? Alam ini harus dicintai, bukan di eksploitasi. Alam ini harus dijaga, bukan di rusak keindahannya. Kita hidup disini, untuk menjaga ibu pertiwi dari tangan-tangan oknum yang ingin meracuni keindahan ibu bumi. Life with eco not ego.
Ni Kadek Putri Juniantari_SMAN 4 Mataram_Sayangi Ibu Bumi sebagaimana kamu mencintai diri sendiri
source :
http://twinith.blogspot.com/
Jurnalistik Politeknik AKA Bogor