JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

DUNKIRK, Film Perang dengan Tutur Cerita Tak Biasa

mfadli_DUNKIRK, film perang dgn tutur tak biasa_review filmJurnalikanews– Buat kamu para penggemar film bertemakan Perang Dunia II, tentu sudah tidak asing bukan dengan beberapa judul film perang populer seperti Saving Private Ryan, Pearl Harbor, sampai yang masih segar di ingatan kita, Hacksaw Ridge?. Nah, di tahun ini ada satu judul film perang bertemakan Perang Dunia II yang oleh movigeeks di seluruh dunia sangat di antisipasi perilisannya, tidak peduli mereka memang menyukai genre ini ataupun tidak. Apa sih yang membuat film ini begitu dinanti? Let’s check it out!

            Dunkirk. Ya, sesuai dengan judulnya, film ini mengisahkan tentang salah satu peristiwa yang disebut dalam sejarah Perang Dunia II sebagai peristiwa ‘keajaiban’. Bagaimana tidak? Peristiwa yang berlatarkan di tepi Pantai Dunkirk, Perancis ini merupakan proses evakuasi terhadap sekitar 400.000 tentara Inggris yang sudah tersudut dan kalah oleh pihak musuh hingga mereka hanya bisa menunggu evakuasi datang di tepi Pantai Dunkirk dengan dibayangi rasa takut akan diserang oleh pasukan udara Jerman. Premis yang sederhana sekaligus menegangkan bila kita membayangkan peristiwa tersebut. Namun, apa yang membuat film ini menjadi istimewa?

            Ternyata, sosok dibalik film inilah yang menjadikannya masuk dalam kategori wajib kamu tonton, moviegeeks. Dialah Christopher Nolan. Bagi kamu yang belum mengenalnya, dialah sosok dibalik kesuksesan dan keberhasilan dalam mengembalikan citra kelamnya Batman lewat film trilogi The Dark Knight. Dia juga yang mengarsiteki film populer lainnya bergenre sci-fi seperti The Prestige, Inception dan Interstellar. Jika kalian sudah tahu seperti apa kualitas film karyanya tersebut, apa jadinya bila seorang seperti Christopher Nolan menggarap film yang didasari dari kisah nyata?

            Jika kamu sudah akrab dengan pola cerita berbagai judul film karya dirinya, tentu tidak akan terkejut bila mengetahui sedari awal bahwa sang sutradara akan mengisahkan event yang sesungguhnya amat sederhana premisnya itu dengan membagi narasinya, dilihat dari tiga perspektif yang berbeda. Kisah ini dilihat dari sudut pandang The Mole, Tommy (Fonn Whitehead) seorang prajurit yang mewakili prajurit lainnya di tepi pantai. Lalu dari The Sea, Dawson (Mark Rylance) pria tua yang mewakili sekian banyaknya warga sipil pemberani yang rela menyebrangi lautan demi menjemput prajurit mereka di Dunkirk. Dan dari The Air, Farrier (Tom Hardy) seorang pilot bersama dua teman lainnya yang sedang dalam perjalanan menuju Dunkirk. Dengan perbandingan waktu masing – masing selama satu minggu, satu hari dan satu jam. Dari sini kita sudah bisa menduga bukan seperti apa alur kisah film ini akan berjalan?. Nolan dengan filmnya yang diangkat dari kisah nyata sekalipun mampu memiliki trademark-nya tersendiri dibanding dengan film – film sejenis. Inilah khas film buatannya. Kita yang mengira film dengan premis se-simple ini akan berjalan satu waktu linier kedepan, ternyata di tangan dingin sineas kelahiran Inggris ini mempunyai konsep pemikiran yang berbeda dalam merajut kisahnya.

Karena alur cerita yang tidak satu waktu, melainkan dipisah menjadi tiga bagian sudut pandang menjadikan kita ikut terbawa untuk masuk dan merasakan bagaimana kondisi orang – orang yang terlibat dalam proses evakuasi yang dramatis tersebut. Tidak hanya dari sisi prajurit yang tak kunjung lelah berjuang untuk bisa keluar dari pantai yang mencekam tersebut, tapi juga kita bisa ikut merasakan perjuangan warga sipil dengan jiwa nasionalisme yang tinggi dengan sukarela mau menjemput pulang para prajurit kebanggaan mereka ataupun serunya ketika pesawat tempur Inggris berusaha untuk menjatuhkan pesawat – pesawat musuh yang menyerang tepi pantai Dunkirk.

Film ini membutuhkan konsentrasi lebih untuk memahami jalinan kisahnya dikarenakan dari perbedaan sudut pandang penceritaan yang mampu membuat penonton turut memiliki persepsi masing – masing dalam memahami alurnya, sehingga semakin menarik untuk ditonton. Tidak hanya soal alur kisahnya yang unik, berbagai macam adegan di film ini juga di shoot dengan begitu apik nan menawan, terkhusus saat penceritaan dari sisi The Air. Dengan didukung music scoring yang megah, membuat film ini semakin tidak terasa kalau durasinya hanya sebatas 1 jam 47 menit. Jangan harap kita akan peduli dengan beberapa karakter tokoh didalamnya, karena Nolan tidak berfokus pada hal itu, melainkan Nolan ingin mengajak kita untuk ikut merasakan event tersebut dengan skala yang luas. Tidak hanya dari sisi prajurit di tepi pantai, tapi juga perjuangan warga sipil serta bala bantuan lainnya guna menyelamatkan 400.000 orang yang mereka bisa saja sewaktu – waktu di bombardir oleh musuh.

Lewat Dunkirk, Nolan memberikan suatu cinematic experience yang berbeda karena dituturkan dengan gaya yang belum pernah dipakai dengan film bertemakan Perang Dunia II pada umumnya. Dengan Dunkirk juga, kita tahu bahwa tidak selamanya perang itu selalu dimenangkan dengan mengalahkan musuhnya. Terkadang Survival is Victory! (ifd)