JURNALIKA

Jurnalistik Politeknik AKA Bogor

Krisis Toleransi, Fakir Literasi; Hapuskan!

Indonesia-Map-Wallpaper-4Jurnalikanews-Indonesia adalah negara majemuk dengan berbagai kebinekaan bernaung di bawahnya. Beraneka ragam budaya yang membentang sepanjang jalur khatulistiwa membuat watak dan karakteristik masyarakat di negara berkembang ini meruah. Terdapat banyak perbedaan yang seringkali menjadi pancingan atas perpecahan antarsuku, ras, agama, maupun golongan tertentu. Untuk itu diperlukan wawasan yang lebih luas agar kita sebagai masyarakat bisa memandang suatu masalah lewat kacamata yang berbeda.

    Hidup di negara yang memiliki banyak budaya tidak lantas membuat kita sepenuhnya sadar pentingnya memiliki jiwa toleransi. Toleransi merupakan sikap tenggang rasa atau menghargai yang biasanya kerap dikaitkan dengan ragam perbedaan. Orang sering kali menilai bahwa berbeda berarti salah. Sikap seperti inilah yang seharusnya dihilangkan. Kita hidup di negeri yang kaya akan perbedaan, tetapi masyarakatnya secara tidak sadar menganggap perbedaan itu sendiri sebagai musuh.

    Agent of change adalah salah satu peran mahasiswa, dan saya sebagai mahasiswa itu sendiri memiliki tugas untuk membawa Indonesia ke ranah yang lebih baik. Beberapa perubahan dapat diawali dari hal-hal sederhana, seperti meningkatkan literasi untuk menaikkan sikap toleransi antarmasyarakat. Minimnya budaya membaca mengakibatkan pola pikir yang terbatas, sehingga permasalahan yang ada kerap diselesaikan dengan satu cara saja dan tidak melihat sudut pandang yang lain. Kurangnya wawasan dan keterbukaan membuat masyarakat sulit menoleransi hal-hal yang berlawanan dengan prinsip yang dianut.

    Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik sampai 2015 pembaca surat kabar hanya 13,1%. Rendahnya minat membaca terjadi sejak kemerdekaan akibat dihapuskannya secara bertahap buku bacaan wajib di sekolah. Selain itu, hasil penilaian PISA yang dirilis oleh  Central Connecticut State University pada 2016 yang juga memuat ketersediaan dan ukuran perpustakaan serta akses terhadap informasi, menyatakan dari 61 negara yang diteliti, Indonesia berada pada posisi ke-60 di atas Botswana.HGCBn0HFTT

    Bobroknya literasi berbanding lurus dengan nilai-nilai toleransi yang kian menurun. Ini dikarenakan minimnya pengetahuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang bersifat acuh dan menganggap apa yang diimaninya sekarang adalah hal paling benar. Seperti yang disampaikan Apriadi Tamburaka (Penulis) bahwa literasi itu bertujuan untuk melatih kemampuan emosi, merasakan hal yang dirasakan diri sendiri dan orang lain serta mengembangkan kematangan moral dalam kaitannya dengan konsekuensi moralitas bagi setiap orang. Dengan kematangan itulah, pola pikir seseorang akan berubah. Dari yang hanya membenarkan pilihan sendiri, akan menjadi terbuka dan menerima pilihan orang lain tanpa sembarangan menjustifikasinya.

    Beberapa hal yang saya lakukan dalam upaya peningkatan budaya literasi adalah dengan memberi persuasi kepada orang-orang terdekat bahwa membaca adalah hal yang positif. Membaca bisa memperkaya ilmu, kosa kata, dan memberi pandangan dari suatu penyelesaian masalah. Selain itu, membagikan informasi-informasi di akun sosial media juga dinilai sebagai langkah awal untuk meningkatkan kualitas literasi, mengingat masyarakat milenial lebih suka memegang gawai daripada memegang buku.

    Hal utama yang harus diperhatikan adalah konsistensi. Proses yang baik umumnya akan menampakkan perubahan yang baik pula. Perlu diingat bahwa tujuan daripada membaca adalah to full time, bukan to kill time. Proses membaca yang baik memiliki tujuan untuk mengisi waktu, bukan membunuh waktu. Dengan begitu kemanfaatan dari membaca akan lebih terasa dan memiliki pengaruh pada sikap, tingkah laku, dan pola pikir.

Sumber gambar:

https://www.wallpapersin4k.org/wp-content/uploads/2017/04/Indonesia-Map-Wallpaper-4.jpg

https://weheartit.com/entry/321262860

Lilin Terang_Politeknik AKA Bogor_Budaya.