Jurnalikanews – Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan sumber daya untuk mendukung populasi manusia global. Hiruk-pikuk dan seluruh interaksi antara manusia dan alam pun terjadi, saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Namun, masihkah interaksi tersebut saling melengkapi satu sama lain ? Hal tersebut bisa kita rasakan pada masa kita hidup ini.
Bumi selalu berhubungan dengan alam dan lingkungan. Ketika semua proses berjalan seimbang dan baik, maka semuanya pun akan menghasilkan sesuatu yang baik. Namun, masihkah semua nya berjalan baik?.Nampaknya tidak. Ini karena adanya suatu keadaan yang bernama “Global Warming” . Global Warming atau pemanasan global adalah proses dimana suhu di bumi semakin panas. Kenaikan temperatur naik ini diakibatkan karena beberapa hal, seperti efek rumah kaca dan menipisnya ozon di stratosfer.
Tempat tinggal seluruh makhluk hidup kini sedang ada dalam kesengkarutan keseimbangan lingkungan, pernahkah anda berfikir berapa persen gas CO2 di atmosfer di era yang penuh pencemaran ini? Atau bagaimana keseimbangan unsur karbon yang terjadi saat ini? Semua itu akan menjadi pembahasan kita dalam artikel ini.
Dimulai dari kenaikan suhu Bumi, kenaikan suhu ini sangat jelas dan dapat kita rasakan. Penyebab utamanya adalah gas rumah kaca (terutama CO2), gas rumah kaca yang ada di atmosfer akan memantlkan kembali panas atau cahaya matahari yang di pantlkan oleh bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi sekitar 343watt/m2 dan terserap oleh bumi sekitar 168watt/m2. Sisanya akan dipantulkan lagi ke luar atmosfer, namun ketika ada gasrumah kaca , radiasi tersebut akan dipantulkan kembali sekitar 30watt/m2. Hal tersebut lah yang menyebabkan kenaikan suhu di bumi. Menipisnya ozon di stratosfer pun menjadi salah satu penyebabnya, karena ozon di stratosfer akan menyerap radiasi dari matahari. Ketika ozon semakin berkurang, maka akan semakin banyak radiasi yang di teruskan oleh bumi.
Seperti yang terkutip di nationalgeographic.co.id pada 3 agustus 2015, hasil riset NOAA mengatakan, pada bulan Juni di tahun 2015 temperatur permukaan tanah meningkat jadi 1,26 derajat Celcius, melebihi suhu yang tercatat di tahun 2012, yakni 0,06 derajat Celcius. Suhu tersebut telah berada di atas suhu rata-rata sepanjang abad ke-20 dan menjadi puncak suhu bumi terpanas. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang drastis dan menyebabkan El Nino.
Namun el nino hanyalah gejala sementara , pangkal nya terdapat pada makhluk bumi yang berakal, yaitu manusia. Manusia kerap menebang pohon secara liar, tak sedikit pula jumlahnya. Di sisi lain, tak terhitung berapa banyak hutan yang dibakar secara ilegal. Laut pun tak sejernih yang dikira sebab kini telah jadi tempat pembuangan limbah pabrik.
Tak hanya soal demikian, ada perihal lain. Didasarkan pada data WWF, penyumbang terbesar dalam perubahan iklim dunia adalah pemakaian energi, semacam energi listrik, air, dan lain sebagainya, secara berlebihan dan kian meningkat. Bila setiap kita tidak bergerak cepat untuk mengurangi pemakaian energi secara berlebihan, tidak menutup kemungkinan bumi akan mengalami kerusakan yang sangat parah.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita sebagai manusia menjaga semua yang di berikan Tuhan kepada kita semua. Melestarikan dan memanfaatkan yang ada. Tidak perlu hal yang besar, kita mulai dari hal yang kecil, seperti penggunaan eneri dengan tepat dan bijak. Atau hal yang lain lagi seperti tidak lagi membuang sampah sembarangan yang bahkan anak TK pun tau dan melakukan nya.
” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Q.S Al-Qashash [28], ayat 77
(29/3/17)
Sumber :
nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/di-2015-suhu-bumi-meningkat-1-26-derajat
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/tentang_iklim_dan_energi/tantangan/