Jurnalikanews-Berubah menjadi lebih baik merupakan harapan bagi setiap individu. Seperti halnya di perguruan tinggi khususnya Politeknik AKA Bogor, melalui pemilihan Presiden dan wakil Presiden Mahasiswa yang meyerukan berbagai visi dan misi untuk memajukan kehidupan kampus. Panitia BP Pilpres segera dibentuk untuk menyukseskannya. Dua kubu calon presma dan wapresma maju dalam pemilihan tahun ini setelah memenuhi syarat. Mahasiswa sebagai pemilih pun berjumlah lebih banyak dari tahun lalu. Tapi mengapa pemilihan umum Presma dan wapresma tahun ini dinilai kurang kondusif?
Proses kampanye yang terkesan seperti angin lalu. Kedua pasang capres dan cawapres mengunjungi tiap kelas untuk mengenalkan diri dan memaparkan visi misi yang dijadikan landasan kinerja masing-masing. Moment tersebut merupakan sarana yang baik untuk mendapatkan perhatian dari mahasiswa kampus berhubung waktu pelaksanaan yang masih dalam rentang kegiatan akademik. Namun, tujuan tersebut tidak tercapai dengan sempurna, dikarenakan persiapan yang kurang matang seperti capres dan cawapres yang datang secara tidak lengkap hingga ada kelas yang tidak sempat terkunjungi. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa kurang mengenal calon yang hendak di pilih. Berkali kedua calon terlihat tidak memakai artibut khas yang sebenarnya berguna untuk menunjukan identitas sebagai capres dan cawapres. Kesiapan mungkin tidak hanya diukur dari kelengkapan atribut yang dikenakan, tetapi bukankah dikenal dan mengenal masyarakat juga menjadi cerminan yang baik sebagai pemimpin. Beruntung, dengan spanduk yang di pasang di HC dan Lobi memberikan sedikit gambaran untuk para mahasiswa yang dari awalnya memang acuh, tidak mengikuti segala rangkaian yang terlaksana seperti orasi dan debat. Selepas dari kesalahan teknis, rangkaian tersebut telah dilaksanakan sedemikian rupa hingga mampu memberikan penilaian mendalam untuk calon presma dan wapresma yang hendak dipilih. Dengan suara lantang memaparkan langkah-lankah baik yang akan dilakukan apabila terpilih. Berargumen dengan pintarnya menanggapi pro dan kontra dalam kehidupan. Hingga tercatat satu pasang nama dalam sebagian hati para mahasiswa. Hanya sebagian, karena tercatat kurang dari 10% mahasiswa AKA yang hadir saat rangkaian orasi dan terjadi penurunan peminat untuk rangkaian debat part 2. Waktu pelaksanaan boleh menjadi alasan, tetapi kepedulian dari sebagian masyarakat AKA juga perlu dipertanyakan.
Senin, 19 desember 2016 di gadang-gadang menjadi hari pemilihan umum capres dan cawapres. Segala bentuk publikasi dan selogan anti golput di luncurkan demi mencapai pemilu yang baik dan ideal. Namun, kembali terjadi kesalahan fatal yang menyebabkan pemilu hari tersebut dibatalkan. Kesalahan komunikasi antar panitia penyelenggara dan pihak akademik menjadi penyebabnya. Pasalnya, pemilu dilaksanakan bertepatan dengan hari Ujian Akhir Semester yang seharusnya bersih dari segala macam bentuk kegiatan non-akademik. Candra Irawan dan Hanafi selaku perwakilan akademik turun langsung untuk memberikan pengertian kepada panitia BP pilpres yang dengan berat hati menerimanya. Tetap memegang teguh bahwa pemilu presma dan wapresma adalah suatu hal yang sangat penting, panitia BP pilpres mencapai kesepakatan dengan pihak akademik untuk melaksanakn pemilihan saat kegiatan UAS telah selesai. Kegiatan pemilihan umum dilaksanakan dengan baik. Kesalahan teknis yang terjadi seperti mahasiswa yang lupa membawa KTM-sebagai syarat untuk memilih-dapat ditanggulangi dengan diperbolehkannya menggunakan kartu identitas lainnya. Hal tersebut dilakukan agar setiap orang dapat mengunakan haknya dengan baik. Namun, setelah pemilihan selesai dan melalui proses panjang perhitungan suara, terdapat 81 suara yang tidak sah (golput).
Proses singkat dalam pemilihan umum presma dan wapresma Politeknik AKA tahun ini cukup menjadikan pembelajaran bagi kita semua. Bahwa untuk mencapai kepentingan bersama tidak akan bisa hanya dilakukan oleh satu orang hebat sekalipun melainkan kesatuan dari setiap lapisanlah yang menjadikanya bermanfaat. Memupuk kualitas diri untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap porsinya masing-masing akan cukup untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik.